Konsep pembangunan ekonomi secara sektoral menjadi semakin penting dalam era pembangunan jangka panjang di tingkat nasional maupun daerah. Idealnya, pembangunan ekonomi sebuah sektor ekonomi mampu menghasilkan output yang bisa digunakan sebagai input sektor ekonomi lainnya. Dalam hubungan yang lebih luas, hubungan antar sektor ekonomi juga semakin kuat. Sektor ekonomi A mempunyai hubungan yang erat terhadap sektor ekonomi B, begitu pula dengan sektor ekonomi lainnya.
Kemajuan sebuah sektor ekonomi tidak dapat dicapai jika tidak melibatkan sektor lainnya. Begitu pula sebaliknya, berbagai hubungan antar-kegiatan ekonomi (inter-industry relationship) selanjutnya dapat direkam dalam suatu instrumen yang dikenal dengan model input-output (I-O). Model I-O menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar-satuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel.
Lembar fakta ini menampilkan hasil analisis keterkaitan melalui input output. Terdapat dua jenis keterkaitan, yaitu Keterkaitan ke Belakang (backward linkages) yang menyerap input dari daerah yang sama dan Keterkaitan ke Depan (forward linkages) yang memasok input untuk sektor di daerah yang sama. Dari hasil analisis keterkaitan ini, ditentukan 8 sektor kunci yang dapat menjadi pertimbangan bagi daerah untuk mengembangkan sektor lainnya selain sektor tambang. Setelah itu, dilakukan analisis menggunakan tiga skenario yang disesuaikan dengan masing-masing daerah, yaitu:
- Skenario Business as Usual (BAU): Analisis mengasumsikan tidak terjadi perubahan kebijakan atau struktur ekonomi.
- Skenario Aspirasi: Distribusi investasi berdasar- kan dokumen perencanaan masing-masing daerah yang sudah ditetapkan.
- Skenario Alternatif Sektor Kunci: Skenario Alternatif didefinisikan distribusi investasi berdasarkan sektor kunci yang sebelumnya dicari oleh tim peneliti melalui analisis keterkaitan.
Pada Provinsi Nusa Tenggara Barat, skenario yang memberikan dampak output paling tinggi adalah Skenario Alternatif. Sektor-sektor kunci dalam skenario ini mampu memberikan dampak output yang lebih tinggi dibandingkan dua skenario lainnya karena mempunyai tingkat efisiensi produksi dan nilai tambah yang tinggi. Sementara itu, Skenario Aspirasi memberikan dampak penyerapan tenaga kerja tertinggi karena distribusi investasi berdasarkan tiga sektor aspirasi (pertanian, industri pengolahan, dan pariwisata) mempunyai dampak penyerapan paling tinggi.
Pada Provinsi Sumatera Selatan, skenario yang memberikan dampak output paling tinggi adalah Skenario Alternatif. Hal ini dikarenakan pelaksanaan simulasi menggunakan stimulus kebijakan investasi dengan distribusi investasi dibagikan kepada delapan sektor kunci. Sebagai contohnya industri karet, barang dari karet dan plastik. Berbeda dengan pertumbuhan output, dampak penyerapan tenaga kerja paling besar berada di skenario aspirasi. Distribusi investasi berdasarkan tiga sektor aspirasi (pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan) mempunyai dampak penyerapan paling tinggi.
Pada Provinsi Riau, skenario yang memberikan dampak output paling tinggi adalah Skenario Alternatif. Hal ini karena sektor-sektor kunci mampu memberikan dampak output yang lebih tinggi dibandingkan dua skenario lainnya karena mempunyai tingkat efisiensi produksi dan nilai tambah yang tinggi. Sebagai contohnya industri kertas dan barang dari kertas. Sama dengan pertumbuhan output, dampak penyerapan tenaga kerja paling besar berada di skenario alternatif menggunakan delapan sektor kunci. Sektor-sektor yang tergabung dalam delapan sektor kunci juga mempunyai industri yang menyerap banyak tenaga kerja seperti industri makanan dan minuman, industri kertas dan barang dari kertas, serta industri kimia dan farmasi.